Mungkin kita sudah jenuh berbicara tentang per-covid-an ini. Hampir 18 bulan kita dihantam, jatuh, bangkit, dihantam, jatuh, dan bangkit lagi karena Covid-19. Giliran keadaan membaik, cenderung akan pulih, gelombang berikutnya datang dan bahkan lebih parah. Hampir 40 ribu kasus dalam satu hari itu sudah jelas tidak baik-baik saja. Menembus 2,4 juta kasus tentu adalah sesuatu yang tak patut untuk disyukuri. Ketersediaan tempat tidur yang tadinya ada di angka lebih dari 70%, kini kurang dari 10%.

Jelas keadaan memang memburuk, sangat buruk bahkan. Pemerintah menarik rem dengan PPKM Darurat. Sebuah keputusan penuh risiko karena ekonomi yang sedang beradaptasi, mulai bangkit, harus lesu kembali. Tapi kita kali ini tidak akan ngobrolin hal itu.

Indonesia darurat Covid, keadaan terus memburuk. Tapi, hey! Percayalah kamu masih berhak untuk sehat. Gimana caranya? Caranya adalah dengan mengubah sudut pandang. Hal-hal yang tadinya seakan-akan seperti kewajiban, percayalah itu adalah hak.

https://unsplash.com/photos/0I52FCHNjoU

Kalau pemerintah memakai mulut untuk berbicara dengan kita rakyatnya, mungkin sekarang sudah kaku dan berbusa. Paling mendasar adalah 3M yang sekarang menjadi 5M. Menjaga jarak lebih dari 1 meter, mengurangi mobilitas yang tidak perlu, menggunakan masker dengan baik bukan untuk otak atau dagu, mencuci tangan dengan bersih, dan menghindari kerumunan itu jelas adalah hak, bukan kewajiban. Hak itulah yang harus diambil untuk memproteksi diri sendiri.

Berikutnya vaksin yang sedang gencar dilaksanakan oleh berbagai lembaga, pemkot, pemkab, ataupun pemprov. Itu juga adalah hak, bukan kewajiban. Dengan melakukan 2 hal tadi, secara langsung kita mencoba melakukan usaha-usaha baik untuk diri sendiri, kita juga secara tidak langsung sudah mengambil hak untuk sehat.

Perlu diingat, bukan berarti setelah vaksinasi kita tidak dapat terkena virus. Vaksinasi hanya untuk membentuk imun kita supaya mengenal virus Covid-19. Supaya pun kalau harus terkena, dampaknya akan lebih ringan dari biasanya.

Lepas dari berbagai teori konspirasi tentang Covid-19, lepas dari kita percaya atau tidak dengan Covid dan vaksinnya jangan abai dengan sekitar, acuh tak acuh dengan keadaan. Hargailah orang-orang yang ingin sehat dan menjaga keluarganya. Kalau tidak bisa menggunakan otak, setidaknya gunakanlah hati untuk peka dan merasakan berbagai kehilangan yang nyata-nyatanya memang dan masih terjadi sampai detik ini.

Sadarlah tidak semua orang bisa di rumah aja dan sadarlah banyak yang ekonominya terdampak. Jangan sampai situasi yang memang melelahkan dan membosankan ini membuat lengah. Karena di luar sana masih banyak yang diliputi dengan kecemasan dan lebih banyak lagi yang sedang berjuang menghindari giliran.

Hey! Ayo saling memahami, saling mengerti, saling menjaga, syukur-syukur bisa saling peduli, dan saling berbagi.

Mari Berbagi !

Leave a Reply

Your email address will not be published.